Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada hamba-Nya agar menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. Semoga salawat dan salam terlimpahkan kepada junjungan kita Mu-hammad ibnu Abdullah, yang diutus oleh Tuhannya sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan serta menyeru (ma-nusia) untuk menyembah Allah dengan seizin-Nya dan sebagai pelita yang menerangi.

Penulis kitab tafsir ini adalah Imamul Jalil Al-Hafiz Imadud Din, Abul Fida Isma'il ibnu Amr ibnu Kasir ibnu Dau' ibnu Kasir ibnu Zar'i Al-Basri Ad-Dimasyqi, seorang ulama fiqih mazhab Syafii. Be-liau tiba di Dimasyq pada usia tujuh tahun bersama saudara-saudara-nya sepeninggal ayahnya.

Beliau mendengar dari Ibnusy Syahnah, Al-Amadi, Ibnu Asakir, dan ulama besar lainnya. Ia pun belajar pada Al-Mazi dan belajar kitab Tahiibul Kamal langsung darinya, dan akhirnya ia dipungut me-nantu
oleh Al-Mazi.

Dia belajar pula dari Ibnu Taimiyah dan meneintainya sehingga ia mendapat eobaan karena keeintaannya kepada Ibnu Taimiyah. Ibnu Qadi Syahbah mengatakan di dalam kitab  Tabaqat-nya,  Ibnu Kasir mempunyai hubungan khusus dengan Ibnu Taimiyah dan membela pendapatnya serta mengikuti banyak pendapatnya. Bahkan dia sering mengeluarkan fatwa berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah dalam masalah talak yang menyebabkan dia mendapat ujian dan disakiti karenanya.

Ad-Daudi di dalam kitab  Tabaqalul Mufassirin  mengatakan bah-wa Ibnu Kasir adalah seorang yang menjadi panutan bagi ulama dan ahli huffaz di masanya serta menjadi nara sumber bagi orang-orang yang menekuni bidang ilmu  ma'ani  dan  alfaz.  Ibnu Kasir pernah menjabat sebagai pemimpin majelis pengajian Ummu Saleh sepening-gal Az-Zahabi, dan sesudah kematian As-Subuki ia pun memimpin majelis pengajian hadis Al-Asyrafiyyah dalam waktu yang tidak lama, kemudian diambil alih oleh orang lain.

Ibnu Kasir dilahirkan pada tahun 700 Hijriah atau lebih sedikit, dan meninggal dunia pada bulan Sya'ban tahun 774 Hijriah. la dike-bumikan di kuburan As-Sufiyyah di dekat makam gurunya (Ibnu Tai-miyah). Disebutkan bahwa di penghujung usianya Ibnu Kasir menga-lami kebutaan; semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas ke-padanya.

Ibnu Kasir adalah seorang ulama yang berilmu tinggi dan mempunyai wawasan ilmiah yang eukup Iuas. Para ulama semasanya men-jadi saksi bagi keluasan dan kedalaman ilmu yang dimilikinya sebagai seorang narasumber, terlebih lagi khususnya dalam tafsir, hadis, dan sejarah (tarikh). Ibnu Hajar memberikan komentar tentang Ibnu Kasir, bahwa dia menekuni hadis seeara mutahala 'ah mengenai semua ma-tan dan para perawinya. Ia juga menghimpun tafsir, dan meneoba menulis suatu karya tulis yang besar dalam masalah hukum, tetapi belum selesai. Dia menulis kitab tentang tarikh yang diberinya judul  Al-Bi-dayah wan Nihayah,  menulis pula tentang  Tabaqatusy Syafi'iyyah serta mensyarahi kitab Al-Bukhari.

Ibnu Hajar melanjutkan, bahwa Ibnu Kasir adalah seorang yang banyak hafalannya lagi suka berseloroh. Semua karya tulisnya di masa hidupnya telah tersebar di berbagai negeri dan menjadi ilmu yang bermanfaat sesudah ia tiada. Metode yang ditempuhnya tidaklah se-perti layaknya metode yang dipakai oleh ulama hadis dalam meraih hadis-hadis peringkat atas dan penyeleksian antara yang berperingkat atas dan peringkat bawah serta hal-hal lainnya yang merupakan bagian disiplin ilmu hadis. Akan tetapi, ia menempuh metode yang dipakai oleh ulama fiqih ahli hadis. Sekalipun demikian, ia sempat membuat ikhtisar kitab Ibnu Salah yang di dalamnya ia menyimpulkan banyak hal yang berfaedah.

Az-Zahabi di dalam kitab  Al-Mu'jamul Mukhtas  memberikan ko-mentarnya tentang Ibnu Kasir, bahwa dia adalah seorang yang berpre-dikat sebagai imam, mufti, ahli hadis yang eemerlang, ahli fiqih yang jeli, ahli hadis yang mendalam, ahli tafsir, dan ahli nukil. Dia mem-punyai banyak karya tulis yang berfaedah.

Penulis kitab  Syazaratuz Zahab  mengatakan, Ibnu Kasir adalah seorang ulama yang banyak hafalannya, jarang lupa, lagi mempunyai pemahaman yang baik.

Ibnu Habib telah mengatakan sehubungan dengan Ibnu Kasir, bahwa dia adalah pemimpin ahli takwil; mendengar, menghimpun, dan menulis; menggetarkan telinga-telinga dengan fatwanya yang jeli; mengemukakan hadis dan banyak memberikan faedah. Karya tulis dan fatwanya menyebar ke seluruh negeri, terkenal sebagai ahli hafalan dan tulisan; dan kepiawaian berada di tangannya dalam masalah tarikh,
hadis, serta tafsir di masanya.

Salah seorang muridnya yang bernama Ibnu Hija mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling banyak menghafal matan-matan hadis yang pernah dijumpainya, orang yang paling mengenal tentang hadis-hadis yang daif  juga paling mengenal para perawinya. Dia me-ngetahui hadis yang sahih dan hadis yang tidak sahih; semua teman dan gurunya mengakui keahlian Ibnu Kasir dalam hal tersebut. Ibnu Hija mengatakan bahwa semakin banyak ia pergi kepadanya, semakin banyak pula faedah yang ia petik darinya.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pengetahuan Ibnu Kasir akan tampak jelas dan gamblang bagi orang yang membaea kitab tafsir dan kitab tarikhnya. Kedua kitabnya itu merupakan karya tulis yang
paling baik dan suatu karya terbaik yang disuguhkan buat semua orang. Tafsir Ibnu Kasir merupakan kitab tafsir yang paling terkenal yang bersubjekkan tafsir ma'sur. Dalam subjek ini kitab tafsimya me-rupakan
kitab nomor dua setelah tafsir Ibnu Jarir. Dalam karya tulis-nya kali ini Ibnu Kasir menitikberatkan kepada riwayat yang bersum-ber dari ahli tafsir ulama Salaf. Untuk itu ia menafsirkan  Kalamullah  dengan hadis-hadis dan asas-asas yang disandarkan kepada para pemiliknya, disertai penilaian yang diperlukan menyangkut predikat daif dan sahih perawinya. Pada mulanya kitab Ibnu Kasir ini diterbitkan bersama menjadi satu dengan kitab  Ma'alimut Tafsir  karya tulis Al-Bagawi, kemudian pada akhirnya diterbitkan seeara terpisah menjadi empat jilid yang tebal-tebal.

Metode yang ditempuh oleh lbnu Kasir dalam kitab tafsirnya mempunyai eiri khas tersendiri. Pada mulanya dia mengetengahkan ayat, lalu menafsirkannya dengan ungkapan yang mudah dan ringkas. Jika memungkinkan baginya memperjelas ayat tersebut dengan ayat lain, maka dia mengetengahkannya, lalu melakukan perbandingan di antara kedua ayat yang bersangkutan sehingga maknanya jelas dan pengertian yang dimaksud menjadi gamblang. Dalam penjabarannya dia sangat menekankan tafsir eara ini yang mereka sebut dengan isti-lah 'tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an'. Kitab tafsir Ibnu Kasir ini termasuk tafsir yang paling banyak mengemukakan ayat-ayat yang saling berkaitan dalam satu makna di antara kitab-kitab tafsir lainnya yang dikenal.

Setelah selesai dari tafsir ayat dengan ayat, maka mulailah ia mengemukakan hadis-hadis yang berpredikat  marfu'  yang ada kaitan-nya dengan makna ayat, lalu ia menjelaskan hadis yang dapat dijadi-kan sebagai hujah dan hadis yang tidak dapat dipakai hujah di antara hadis-hadis yang dikemukakannya itu. Kemudian ia
mengiringinya dengan mengemukakan berbagai pendapat tentang ayat tersebut dari para sahabat, para tabi'in, dan ulama Salaf yang sesudah mereka.

Di antara pendapat-pendapat tersebut dilakukan pentarjihan oleh-nya antara yang satu dengan yang lainnya, dan  men-daif-km sebagian riwayat serta men-shahih-kan sebagian yang lainnya; ia juga menilai adil sebagian para perawi dan men-dhaif-kan sebagian yang lainnya. Hal ini tiada lain berkat penguasaannya terhadap berbagai ilmu hadis dan keadaan para perawinya. Sering kita jumpai Ibnu Kasir menukil dari tafsir Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim, tafsir Ibnu Atiyyah, dan lain-lainnya dari ulama yang sebelumnya.

Termasuk di antara keistimewaan tafsir Ibnu Kasir ialah dia memperingatkan akan adanya kisah-kisah  israiliyat yang mungkar di dalam kitab tafsir  ma'sur.  la pun memperingatkan pembaeanya agar bersikap waspada terhadap kisah seperti itu seeara global, adakalanya pula menunjuknya dengan jelas dan menerangkan sebagian dari hal-hal mungkar yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini bahwa ia mengatakan sehubungan dengan tafsir surat Al-Baqarah ayat 67 dan ayat-ayat yang sesudahnya, yaitu firman-Nya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. (Al-Baqarah: 67), hingga akhir kisah ini. Kita jumpai Ibnu Kasir mengetengahkan kepada kita suatu kisah yang cukup panjang lagi aneh, menerangkan tentang penearian mereka ter-hadap sapi yang tertentu dan keberadaan sapi itu di tangan seorang le-laki Bani Israil yang sangat berbakti kepada orang tuanya, hingga akhir kisah. Lalu Ibnu Kasir meriwayatkan semua pendapat yang me-nanggapi hal ini dari sebagian ulama Salaf. Setelah itu ia mengatakan, yang teksnya berbunyi seperti berikut, "Riwayat-riwayat ini bersum-ber dari Ubaidah, Abul Aliyah, As-Saddi, dan lain-lainnya mengan-dung perbedaan pendapat. Tetapi makna lahiriahnya menunjukkan bahwa kisah-kisah tersebut diambil dari kitab-kitab kaum Bani Israil, dan termasuk kategori kisah yang boleh dinukil; tetapi tidak boleh di-benarkan, tidak boleh pula didustakan. Karena itu, tidak dapat dijadi-kan pegangan terkeeuali apa yang selaras dengan kebenaran yang ada pada kita. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui."

Dalam tafsir permulaan surat Qaf, dia menyinggung tentang makna huruf ini. Untuk itu ia mengatakan, telah diriwayatkan dari se-bagian ulama Salaf yang telah mengatakan bahwa Qaf adalah nama sebuah bukit yang mengelilingi semua penjuru bumi ini, dikenal de-ngan nama Gunung Qaf. Seakan-akan hal ini  —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— termasuk sebagian dari dongengan kaum Bani Israil yang diambil dari mereka dalam kategori termasuk hal yang  ti-dak boleh dibenarkan dan tidak boleh didustakan.

Menurut saya, kisah-kisah seperti ini dan yang semisal merupa-kan buat-buatan dari sebagian orang-orang Zindiq kaum Bani Israil yang tujuannya ialah menyesatkan mereka dari agamanya. Sebagai-mana telah terjadi pula hal yang semisal di kalangan umat ini, pada-hal para ulama dan para huffaz serta para imamnya eukup banyak, yaitu berupa hadis-hadis buatan yang disandarkan kepada Nabi Saw. Hal ini muneul dalam tenggang masa yang tidak lama, maka terlebih lagi dengan umat Bani Israil yang telah terjadi tenggang masa yang eukup lama dengan nabi-nabi dan rasul-rasul mereka serta minimnya para huffaz yang handal di kalangan mereka. Selain itu juga disebab-kan kebiasaan mereka meminum khamr, para ulamanya menyelewengkan kandungan kitab mereka dari tempat-tempatnya dan mengubah kitab-kitab serta ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada mereka.

Sesungguhnya pentasyri' (Nabi) memperbolehkan mengambil ri-wayat dari mereka (Ahli Kitab). Hal ini disitir dari sabda beliau Saw. yang mengatakan: Berceritalah dari kaum Bani Israil, tidak ada dosa (bagi kalian). Dengan kata lain, yang diperbolehkan hanyalah menyangkut kisah-ki-sah yang rasional. Adapun kisah-kisah yang tidak rasional dan diduga keras kedustaannya, bukan termasuk hal yang diperbolehkan oleh ha-dis di atas; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Kasir sering pula menyinggung pembahasan fiqih dan me-ngetengahkan pendapat-pendapat para ulamanya serta dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka. Hai ini dilakukannya manakala menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah hukum.
Seba-gai contohnya ialah saat ia menafsirkan firman Allah Swt.: Barang siapa di antara kamu ada (di tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan  (lalu ia berbuka),  maka  (wajiblah baginya berpuasa)  sebanyak hari yang dilinggalkannya itu, pada hari yang ta'n. (Al-Baqarah: 185), hingga akhir ayat. Sesungguhnya dia menyebutkan empat masalah (pembahasan) yang berkaitan dengan makna ayat ini. Disebutkannyalah pendapat-pendapat ulama mengenainya dan dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka. Hal yang semisal dapat kita jumpai pula dalam tafsir firman-Nya:

Kemudian jika si suami menalaknya  (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. (Al-Baqarah: 230), hingga akhir ayat. Dia menyinggung persyaratan dalam nikah suami penghapus talak itu, juga menyebutkan tentang pendapat-pendapat ulama mengenainya serta dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka.

Demikianlah Ibnu Kasir mengetengahkan perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqih dan menyelami mazhab-mazhab serta dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka, manakala membahas tentang ayat yang berkaitan dengan masalah hukum. Tetapi sekalipun demiki-an, ia mengambil eara yang pertengahan, singkat, dan tidak berlarut-larut; sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan ulama fiqih ahli tafsir dalam tulisan-tulisan mereka.

Pada garis besarya tafsir Ibnu Kasir ini merupakan kitab tafsir ma'sur yang terbaik, yang hal ini diakui oleh sebagian ulama. antara lain Imam Suyuti di dalam kitab Tazkiratul Huffaz-nya dan Az-Zarqa-ni di dalam kitab Syarah Al-Mawahib-nya. Keduanya mengatakan bahwa sesungguhnya tafsir Ibnu Kasir ini merupakan suatu karya tu-lis yang belum pernah ada karya tulis yang semisal menandinginya. Keterangan ini kami nukil dari kitab  At-Tafsir wal Mufassirun karya tulis Dr. Muhammad Husain Az-Zahabi yang seeara singkat dan
jelas mengulas apa yang terkandung di dalam kitab tafsir Ibnu Kasir berikut metode dan biografinya. Mudah-mudahan petikan ini dapat dijadikan penunjuk jalan bagi pembaea kitab tafsir ini yang te-lah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seeara apa adanya. Dan semoga terjemahan ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman, yang pada akhirnya hanya kepada Allah jualah dimohonkan pertolongan dan taufik serta hidayah.

Sumber: ibnukatsironline.com

Share this:

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment