Ibnu Katsir adalah salah satu ulama yang memiliki banyak karya dan keilmuannya tidak disanksikan lagi. Karya dan pemikirannya banyak mempengaruhi metode berpikir ulama pada zamannya dan sesudahnya. Salah satu karya monumental dari Ibnu Katsir adalah kitab tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Qur'an al-'Adzim yang isinya diuraikan dalam website kesayangan sahabat semua (Tafsir Ibnu Katsir). Berikut akan diuraikan biografi singkat namun padat daripada ulama terkenal ini yaitu Ibnu Katsir.

A. Profil Ibnu Katsir


Nama  lengkap  Ibnu Katsir  ialah,  Abul  Fidâ Imaduddin Isma‟il bin Syeh  Abi Haffsh  yihabuddin  Umar  bin  Katsir  bin  Dla`i  ibn  Katsir  bin  Zarâ`  al-Qursyi  al-Damsyiqi.  Ia  di  lahirkan  di kampung  Mijdal,  daerah  Bashrah sebelah  timur  kota Damaskus,  pada  tahun  700  H.  Ayahnya  berasal  dari  Bashrah,  sementara  ibunya berasal  dari  Mijdal.  Ayahnya  bernama  Syihabuddin  Abu Hafsh  Umar  ibn  Katsir.  Ia adalah ulama yang faqih serta berpengaruh di daerahnya. Ia juga terkenal dengan ahli ceramah.  Hal  ini  sebagaimana  di  ungkapkan  Ibnu Katsir  dalam  kitab  tarikhnya  (al-Bidâyah wa al-Nihâyah). Ayahnya lahir sekitar tahun 640 H, dan ia wafat pada bulan Jumadil „Ula 703 H. di daerah Mijdal, ketika  Ibnu  Katsir  berusia  tiga  tahun, dan dikuburkan di sana.

Ibnu Katsir  adalah  anak  yang  paling  kecil  di  keluarganya.  Hal  ini  sebagaimana yang  ia  utarakan; “ Anak  yang  paling  besar  di  keluarganya  laki-laki,  yang  bernama Isma‟il, sedangkan yang paling kecil adalah saya“. Kakak laki-laki yang paling besar bernama Ismail dan yang paling kecilpun Ismail.
Sosok   ayah   memang   sangat   berpengaruh   dalam   keluarga.   Kebesaran   serta tauladan  ayahnyalah  pribadi  Ibnu Katsir  mampu  menandingi  kebesaran  ayahnya, bahkan  melebihi  keluasan  ilmu ayahnya.  Dibesarkan  dalam  keluarga  yang  taat beragama,  serta  senantiasa  menjunjung  nilai-nilai  keilmuan,  mampu  melahirkan sosok   anak   saleh   dan   bersemangat   dalam   mencari   mutiara-mutiara   ilmu   yang berharga dimanapun. Dengan modal usaha dan kerja keras Ibnu Katsir menjadi sosok ulama yang diperhitungkan dalam percaturan keilmuan.

Ibnu Katsir  mulai  sedari  kecil  mencari  ilmu.  Semenjak  ayahnya  wafat kala  itu Ibnu  Katsir  baru  berumur  tiga  tahun,  selanjutnya  kakaknya  bernama  Abdul  Wahab yang mendidik dan mengayomi Ibnu Katsir kecil. Ketika genap usia sebelas tahun, Ia selesai menghafalkan al-Qur`an.

Pada tahun 707 H, Ibnu Katsir pindah ke Damaskus. Ia belajar kepada dua Grand Syaikh  Damaskus,  yaitu  Syaikh  Burhanuddin  Ibrahim  Abdurrahman  al-Fazzari  (w. 729) terkenal dengan ibnu al-Farkah, tentang fiqh syafi‟i. lalu belajar ilmu ushul fiqh ibn Hâjib kepada syaikh Kamaluddin bin Qodi Syuhbah. Lalu ia berguru kepada; Isa bin Muth‟im, syeh Ahmad  bin  Abi  Thalib  al-Muammari  (w.  730),  Ibnu Asakir  (w. 723),  Ibn  Syayrazi,  Syaikh  Syamsuddin  al-Dzhabi  (w.  748),  Syaikh  Abu  Musa  al-Qurafi,   Abu   al-Fatah al-Dabusi,   Syaikh   Ishaq   bin   al-Amadi   (w.   725),   Syaikh Muhamad  bin  Zurad.  Ia  juga  sempat  ber-mulajamah kepada Syaikh  Jamaluddin Yusuf  bin  Zaki  al-Mazi  (w.  742),  sampai  ia  mendapatkan  pendamping  hidupnya.  Ia menikah  dengan  salah  seorang  putri  Syaikh  al-Mazi.  Syeh  al-Mazi,  adalah  yang mengarang kitab “Tahdzîbu al-kamâl” dan “Athrâf-u al-kutub-i al-sittah“.

Begitu  pula,  Ibnu Katsir  berguru  Shahih  Muslim kepada Syaikh  Nazmuddin  bin al-Asqalani. Selain guru-guru yang telah dipaparkan di atas, masih ada beberapa guru yang   mempunyai   pengaruh   besar   terhadap   Ibnu Katsir;   mereka   adalah   Ibnu Taymiyyah.  Banyak sekali sikap  Ibnu Katsir  yang terwarnai dengan  Ibnu Taymiyah, baik itu dalam berfatwa, cara berpikir juga dalam metode karya-karyanya. Dan hanya sedikit sekali fatwa beliau yang berbeda dengan Ibnu Taymiyyah.

Sementara murid-murid beliaupun tidak sedikit, diantaranya Syihabuddin bin haji. Pengakuan   yang   jujur  lahir  dari  muridnya,  “Ibnu Katsir   adalah   ulama   yang mengetahui  matan  hadits,  serta  takhrij  rijalnya. Ia  mengetahui  yang  shahih  dan dha‟if”.  Guru-guru  maupun  sahabat  beliau  mengetahui,  bahwa  ia  bukan  saja  ulama yang  kapabel  dalam  bidang  tafsir,  juga  hadits  dan  sejarah.  Sejarawan  sekaliber  al-Dzahabi,  tidak  ketinggalan  memberikan  sanjungan  kepada  Ibnu Katsir, “Ibnu Katsir adalah seorang mufti, muhaddits, juga ulama yang faqih dan kapabel dalam tafsir”.

Genap usia tujuh puluh  empat tahun akhirnya ulama ini wafat, tepatnya  pada hari Kamis, 26 Sya‟ban 774 H. Ia di kuburkan di pemakaman shufiyah  Damaskus, disisi makam guru yang sangat dicintai dan dihormatinya yaitu Ibnu Taimiyah.

B. Karya-karya Ibnu katsir


Sosok ulama seperti Ibn Katsir, memang jarang kita temui, ulama yang lintas kemampuan  dalam  disiplin  ilmu.  Spesialisasinya  tidak  hanya  satu  jenis  ilmu  saja. Selain itu, ia juga sangat produktif dalam karya, telah banyak karya-karya yang lahir dari tangan dan ketajaman berpikirnya. Di antara karya-karya beliau adalah :
  1. Tafsîr al-Qur`an al-Azhîm (akan kita bahas dalam tulisan ini)
  2. Al-Bidâyah wa al-Nihâyah. Buku ini membahas tentang sejarah. Buku ini sering dijadikan rujukan para peneliti sejarah. Sumbernya begitu autentik. Karyanya ini berisikan  berbagai  tinjauan  sejarah.  Pertama,  pemaparan  tentang  sejarah  dan kisah  Nabi-nabi  beserta  umatnya  di  masa  lalu. Kisah  ini  ditopang  dengan  dalil-dalil  yang  kuat,  baik  itu  dari  al-Qur`an  maupun  al-Sunnah,  juga  pendapat-pendapat para mufassir, muhaddits dan sejarawan. Kedua, Ia menguraikan secara jelas  mengenai  bangsa  Arab  jaman  jahiliyah,  kemudian  bangsa  Arab  ketika kedatangan Nabi Saw dan perjalanan dakwah Nabi Saw beserta para sahabatnya. Buku ini di akhiri dengan kisah Dazzal, juga ia ungkapkan mengenai tanda-tanda kiamat lainnya.
  3. Al-Takmîl fî makrifati al_tsiqât wa al-dlu‟afâ` wa-al majâhil. Buku ini adalah rujukan dalam ilmu hadist serta untuk mengetahui jarh wa ta‟dil. karya ini adalah karya gabungan dua karya imam Dzahabi yaitu Tahdzîbu al-kamâl fî asmâ`i al rijâl dan Mîzân al i‟tidâl fî naqdi al-rijâl dengan tambahan dalam jarh wa ta‟dil.
  4. Al-Hadyu  wa  al-Sunan  fî Ahâdits  al-Masânid  wa  al-Sunan  atau  yang  mashur dengan  istilah Jâmi‟ al-Masânid.  Dalam  kitab  ini,  Ibnu  Katsir  menggabungkan kitab  musnad  imam  Ahmad  (w.241),  al-Bajjar (w.291), Abi Ya'la  (w.307)  Ibn Abi  Syaybah  (w.297),  bersama  kitab  yang  enam.  Kemudian  Ia  menyusunnya dengan bab per bab.
  5. Al-Sîrah al-Nabawiyah.
  6. Al-Musnad al-syaykhân (musnad Abu Bakar dan Umar).
  7. Syamâil al-rasûl wa dalâilu nubuwwatihi wa fadlâilihi wa khashâ`isihi (di nukil dari kitab bidâyah wa nihâyah)
  8. Ikhtishar  al-Sîrah  al-Nabawiyah.  Di  ambil  dari  bidâyah  wa  nihâyah  terkhusus mengenai  kisah  bangsa  Arab  jaman  jahiliyah  dan  jaman  Islam  serta  sirah  Nabi Saw.
  9. Al-Ahâdîts al-tawhîd wa al-rad „alâ al-syirk.
  10. Syarh Bukhari (tidak selesai)
  11. Takhrîj ahâdîts muktashar ibn al-hâjib.
  12. Takhrîj ahâdîts adillatu al-tanbîh fî fiqh al-syaafi‟i.
  13. Muktashar kitab Bayhaqi (al-madkhal ilâ al-sunan)
  14. Ikhtishar „ulûmu al-hadîts li ibn al-shalâh.
  15. Kitâb al-simâ‟.
  16. Kitâb al-ahkâm (tidak selesai hanya sampai bab haji saja)
  17. Risâlah al-jihâd.
  18. Thabâqât al-syafi‟iyyah.
  19. Al-Kawâkib al-Dirâri (dinukil dari kitab bidâyah wa nihâyah)
  20. Al-Ahkâm al-Kabîrah.
  21. Manâqib al-syâfi‟i..

Demikian biografi atau profil Ibnu Katsir beserta karya-karyanya, semoga memberi manfaat dan tentunya dapat menginspirasi kita untuk lebih bersemangat dalam berkarya dan giat dalam menuntut ilmu.

Share this:

Newest Post

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment